Kunci S u k s e s Versi
PESANTREN AL-YASINI
Apa
yang tergambar ketika kita mendengar kata sukses? Yang kuliah mungkin
akan bilang sukses itu kalau dapat IP tinggi. Yang lulus kuliah mungkin
kalau mendapat pekerjaan mapan dengan gaji tinggi. Yang sudah bekerja
mungkin memimpikan pemenuhan segala bentuk fasilitas yang menjadi symbol
bahwa ia sudah sukses, misalnya, mobil bagus, rumah megah, dsb. Jadi
kesuksesan biasanya diterjemahkan kalau seseorang memperoleh sesuatu
yang dicitakan dan umumnya bersifat materi. Salahkah pemaknaan yang
seperti ini? Tentu tidak.
Lalu
apa sukses menurut santri? Tanpa mengabaikan pemaknaan kesuksesan yang
selalu diukur secara materi, tetapi bagi santri ada syarat utama ukuran
sukses itu. Sukses itu jika seseorang bisa memberikan manfaat kepada
orang lain. Tanpa bisa memberikan manfaat kepada orang lain, kesuksesan
itu kurang memiliki makna. Ada sebuah Hadits Nabi yang selalu menjaga
pegangan oleh santri, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak manfaatnya kepada orang lain”.
Tertarik
sama jurusan ini, ia kemudia mendaftar. Ia diterima sebagai salah satu
dari 15 orang dari puluhan ribu yang mendaftar di seluruh dunia yang
mengambil jurusan etika terapan. Ia pun kuliah S2 di dua Negara selama 1 tahun. Semester satu di Utrecht University di Belanda, dan semester dua di Universitas Sains dan Teknologi Norwegia atau Norges Teknisk-Naturvitenskapelige Universitet (NTNU) Dragvoll, Norwergia.
Karakter Pesantren yang Membentuk Karakternya
Sebagai
seorang yang dibesarkan di pesantren sejak kecil ia banyak belajar
terhadap nilai-nilai pesantren. Menurutnya nilai-nilai pesantren yang
banyak memperngaruhinya adalah semangat pengabdian untuk melayani ummat.
Dan itu ditambatkan pada nilai lain yang memang menjadi karakter
pesantren yaitu keikhlasan, dimana perbuatan harus dilakukan secara
tulus karena mengharap ridha Allah.
Semangat
pengabdian melayani umat inilah yang mendorong ia meninggalkan tawaran
pekerjaan dan memilihnya pulang kampung untuk mengabdikan diri dalam
dunia pendidikan. Dengan jalan ini ia menganggap jalan hidupnya lebih bermanfaat.
Karakter pesantren
lain yang mempengaruhi jalan hidupnya adalah sikap kemandirian.
Pesantren yang sudah membiasakan para santri mengatur semua kehidupannya
secara mandiri dalam kehidupan sehari-hari, menjadikan para santri
terbentuk mental tahan bantingnya. Sikap ini mendorong para santri untuk
tidak menjadi beban masyarakat dengan menganggur atau menjadi pengemis
pekerjaan. Para santri telah memiliki mental tahan banting untuk bekerja
secara mandiri sambil menebar manfaat kepada orang lain. Tak perlu minder jadi santri, kata Musthafa kepada para santri yang tekun dan serius mengikuti sharing pengalamannya.
kunci sukses bagi orang pesantren adalah ketika ia bisa memberikan manfaat kepada orang lain.
''Robith abdul aziz''
2 komentar:
Salam sukses. hehe...
Sejarah berjanji menggunakan jari kelingking
wah harus iku,,, silver kita harus succes jg
Posting Komentar